Selasa, 6 Disember 2022

Menghormati Ulama dan kelebihan Orang Berilmu

 Adab Islam dalam menghormati Ulama dan kelebihan Orang Berilmu 

Oleh: Dr. Ahmed Abdul Hadi Syahin

Ulamak adalah pewaris para nabi. Allah telah memilih mereka supaya membawa agama dan syariat. Mereka adalah golongan yang paling mengenali Allah. Tugas mereka adalah menunjukkan manusia jalan kepada Allah. Firman Allah:

 “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fusshilat: 33)

 Firman Allah:

 “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Fathir: 28)

 Dari Abu Umamah r.a bahwa nabi saw bersabda:

 “Barangsiapa yang berusaha mencari satu jalan untuk menuntu ilmu, nescaya Allah akan mudahkan baginya jalan ke syurga. Para malaikat akan mengembangkan sayapnya sebagai tanda redha kepada penuntut ilmu. Bagi mereka yang berilmu segala yang ada di langit dan di bumi memohon ampun untuknya termasuk ikan-ikan paus di tengah lautan. Kelebihan orang yang berilmu berbanding ahli ibadah seumpama kelebihan bulan mengambang berbanding semua bintang. Ulamak adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan wang dinar dan dirham tetapi mereka mewariskan ilmu. Sesiapa yang mengambilnya pastilah mereka memperolehi keuntungan yang melimpah”. (Tirmizi)

Dari Abu Darda’ r.a disebutkan kepada Rasulullah saw tentang dua orang lelaki, salah seorang ialah abid (ahli ibadah) dan seorang lagi seorang alim (orang berilmu). Lalu nabi bersabda:

“Kelebihan orang berilmu berbanding ahli ibadah seperti kelebihan saya berbanding orang yang paling rendah di kalangan kamu”. Kemudian nabi bersabda lagi: Sesungguhnya Allah, para malaikat, penghuni langit dan bumi termasuk semut di celah batu dan termasuk ikan paus sentiasa berselawat kepada orang yang mengajar orang kepada kebaikan”. (Abu Daud)

Allah telah melebihkan dan memuliakan para ulamak dan meninggikan kedudukan dan darjat mereka. Allah telah menyatakan ada perbezaan antara ulamak dan orang yang tidak mengetahui kerana kepentingan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Firman Allah:

“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az-Zumar: 9)

Firman Allah:

 “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadalah: 11)

Menurut Umar bin al-Khattab r.a: “Sesungguhnya Allah meninggi golongan-golongan tertentu dengan Kitab ini dan merendahkan yang lain”.

Oleh kerana kepentingan ulamak kepada kehidupan umat Allah telah meminta manusia supaya sentiasa bertanya mereka dalam urusan yang tidak diketahui. Firman Allah:

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (An-Nahl: 43)

Di samping itu Islam mengambil kira kewujudan mereka sebagai nikmat dan rahmat daripada Allah kepada umat, sedangkan kematian mereka suatu musibah besar kepada umat. Ini kerana kematian seorang ulamak bermakna diangkat ilmu dari muka bumi.

Dari Abdullah bin Amru bin al-As r.a, nabi saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak menghilangkan ilmu dengan cara mencabutnya daripada hamba, tetapi Allah mengambil ilmu dengan mematikan ulamak, sehingga apabila tiada lagi ulamak, manusia akan mengambil orang jahil sebagai pemimpin mereka. Apabila ditanya tentang sesuatu urusan agama, mereka akan memberi jawapan tanpa ilmu. Lalu mereka sesat dan menyesatkan”. (Bukhari)

Hasan al-Basri mengungkapkan: “Mereka ini berkata kematian ulamak sebagai satu lubang di dalam agama. Sesuatupun tidak akan menutupnya sekalipun bertukar malam dan siang”.

Nabi saw amat menyukai amalan menghormati ulamak bahkan mewajibkan manusia sentiasa memuliakan dan mengasihi mereka. Dari Abu Musa al- Asy’ari r.a, nabi saw bersabda:

“Di antara ketinggian Allah ialah sentiasa memuliakan muslim yang beruban, membawa al-Quran tanpa melakukan keburukan dan tidak kosong darinya dan memuliakan sultan yang adil”. (Abu Daud)

Bagi nabi saw orang yang tidak menghormati dan memuliakan ulamak bukan termasuk orang yang sempurna Islamnya. Dia sebenarnya terdapat kekurangan dalam agamanya an kefahamannya tentang Islam seolah-olah dia hidup di luar dari jamaah Islam. Di dalam sebuah hadith dari Ubadah bin Samit r.a, nabi saw telah bersabda:

“Bukan termasuk kalangan umatku yang tidak memuliakan yang lebih tua, mengasihi yang lebih kecil dan mengenali orang alim dengans sebenarnya”. (Ibn Munzir)

Di antara hukum syarak yang penting ialah tidak harus membincangkan tentang kekuarangan ulamak dan mencari keburukan dan mendedahkannya di dalam majlis-majlis.

Menurut Ibn Asakir: “Sesungguhnya daging para ulamak beracun dan sunnah Allah dalam mengkritik mereka telah dimaklumi”.

Menurut Imam Ahmad pula: “Daging para ulamak beracun, siapa yang menghidunya sakit dan siapa yang memakannya mati”.

Kata Imam Ahmad juga: “Siapa yang lidahnya menutur perkara negative tentang ulamak, Allah akan memberi bala sebelum matinya iaitu dengan mematikan hati”.

Para salaf as-soleh sentiasa menyebutkan tentang ulamak dengan sifat-sifat dan sebutan yang baik dan indah. Bahkan mereka sentiasa berhati-hati dari memburuk dan mengeji mereka.

Menurut Ibn Mubarak: “Orang yang merendahkan ulamak akan hilang akhiratnya, orang yang merendahkan para pemimpin akan hilang dunianya dan orang merendahkan para saudara akan hilang maruahnya”.

Menurut Auza’e: “Memerangi golongan ilmuan terutama yang terkenal termasuk ke dalam sebesar-besar dosa”.

Abu Hanifah berkata tentang hak gurunya Imam Hamad: “Aku tidak tidak pernah solat selepas kematian Hamad, melainkan saya akan saya akan memohon ampun untuknya bersama ibubapaku”.

Menurut Ibn al-Athimin: “Memuliakan ulamak bermakna memuliakan syariat, kerana mereka adalah pembawanya. Menghina ulamak bermakna menghina syariat”.

Ibn Abbas telah memegang tempat pijak tunggangan dan memegang tali pemacu untuk Zaid bin Tsabit dan berkata: “Beginilah kami diperintahkan memuliakannya kepada ulamak kami. Lantas Zaid pula memegang tangang Ibn Abbas dan menciumnya lalu berkata: “Beginilah kami diperintahkan melakukannya kepada ahli keluarga nabi saw”.

Kita mohon Allah menjadikan kita termasuk ke dalam golongan seperti firmanNya:

“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal”. (Az-Zumar: 18)

 

Ahad, 20 November 2022

40 Kata-kata Tokoh Islam

40 Kata-kata Bijak Tokoh Islam semoga menginspirasi dan memotivasi kepada kita:

1. “Jagalah Alquran, jangan kalian didahului orang dalam mengamalkannya.” (Ali bin Abi Thalib)

2. “Banyak orang yang telah meninggal, tapi nama baik mereka tetap kekal. Dan banyak orang yang masih hidup, tapi seakan mereka orang mati yang tak berguna.” (Imam Syafi’i) 

3. “Tempat terbitnya cahaya ilahi adalah hati dan relung batin.” (Ibnu Athaillah) 4. “Dan jiwamu, jika tidak kau sibukkan di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebathilan.” (Imam Syafi’i)  

5. “Wahai anak Adam, juallah duniamu untuk akhiratmu, niscaya kamu untung di keduanya. Dan janganlah kamu jual akhiratmu untuk duniamu, karena kamu akan rugi di keduanya. Singgah di dunia ini sebentar, sedang tinggal di akhirat sana sangatlah panjang.” (Hasan Al-Bashri) 

6. “Wahai anakku, ambillah harta dunia sekedar keperluanmu saja dan nafkahkanlah selebihnya untuk bekal akhiratmu”. (Luqman Al-Hakim)  

7. “Menghindarkan telinga dari mendengar hal-hal yang tidak baik merupakan suatu keharusan, sebagaimana seseorang mensucikan tutur katanya dari ungkapan buruk.” Imam Syafii
 
8. “Di antara tanda matinya hati, adalah tidak adanya perasaan sedih atas kesempatan beramal yang engkau lewatkan dan tidak adanya penyesalan atas pelanggaran yang engkau lakukan.” (Ibnu Athaillah)  

9. “Dunia ini hanya memiliki tiga hari: Hari kemarin, ia telah pergi bersama dengan semua yang menyertainya. Hari esok, kamu mungkin tak akan pernah menemuinya. Hari ini, itulah yang kamu miliki, maka beramal lah di hari ini.” (Hasan al Bashri)  

10. “Lidah seseorang dapat menggambarkan bagaimanakah hatinya.” (Ibnu Qayyim)  

11. “Terkadang Allah membiarkan kamu untuk merasakan kepahitan dunia ini supaya kamu dapat sepenuhnya menghargai manisnya iman.” (Omar Suleiman)  

12. “Barang siapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar, maka akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.” (Imam Syafi’i)  

13. “Betapa banyak kegetiran dan kesulitan yang dialami, yang bisa memalingkan jalan ibadah. Kecuali untuk orang-orang yang bersabar dan selalu istiqomah.” (Erick Yusuf)  

14. “Jika terdapat banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, maka mulailah dari yang terpenting dan mendesak.” (Imam Syafi’i)  

15. “Orang berilmu pengetahuan ibarat gula yang mengundang banyak semut. Dia menjadi cahaya bagi diri dan sekelilingnya.” (Abdullah Gymnastiar)  

16. “Belajarlah Alquran, niscaya kamu tertuntun ke jalan yang benar, dan berbuatlah kebajikan sesuai dengan Alquran, niscaya kamu menjadi ahlinya.” (Umar bin Khattab)  

17. “Jika engkau bertakwa kepada Allah, maka engkau tidak butuh kepada manusia. Sedang apabila engkau takut kepada manusia, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhanmu kepada Allah sedikit pun.” (Sufyan Ats-Tsauri)  

18. “Jika semua orang menjauh ketika engkau mendapat kesulitan, maka ketahuilah bahwa Allah SWT ingin membuatmu kuat dan Ia akan menjadi penolongmu.” (Imam Syafi’i)  

19. “Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.” (Umar bin Khattab)  

20. “Jika kamu mampu bersabar sebentar pada saat dirimu marah, maka hal itu dapat menghindarkan mu dari ribuan penyesalan di masa yang akan datang”. (Ali bin Abi Thalib)  

21. “Hidup lah sebagaimana semaumu, tetapi ingat, bahwa engkau akan mati. Dan cintai lah siapa yang engkau sukai, namun ingat, engkau akan berpisah dengannya. Dan berbuat lah seperti yang engkau kehendaki, namun ingat, engkau pasti akan menerima balasannya nanti.” (Imam Ghazali)  

22. “Jalanilah kehidupan di dunia ini tanpa membiarkan dunia hidup di dalam dirimu, karena ketika perahu berada di atas air, ia mampu berlayar dengan sempurna, tetapi ketika air masuk ke dalamnya, perahu itu tenggelam.” (Ali bin Abi Thalib)  

23. “Orang yang terkaya adalah orang yang menerima pembagian (taqdir) dari Allah dengan senang hati.” (Ali bin Husein)  

24. “Petunjuk tidak bisa dicapai kecuali dengan pengetahuan, dan arah tujuan yang benar tidak bisa dituju kecuali dengan kesabaran.” (Ibnu Taimiyah)  

25. “Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah.” (Ibnu Mas’ud)  

26. “Jangan terlalu bergantung pada siapapun di dunia ini. Karena bayanganmu saja akan meninggalkanmu di saat gelap.” (Ibnu Taymiyyah)  

27. “Kehidupan itu cuma dua hari. Satu hari untukmu dan satu hari melawanmu. Maka pada saat ia untukmu, jangan bangga dan gegabah dan pada saat ia melawanmu bersabarlah. Karena keduanya adalah ujian bagimu.” (Ali bin Abi Thalib)  

28. “Jika Allah bersamamu, maka jangan takut kepada siapa saja. Akan tetapi jika Allah sudah tidak lagi bersamamu, maka siapa lagi yang bisa diharapkan olehmu.” (Hasan Al-Banna)  

29. “Menyampaikan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, membantu menghilangkan kesulitan dan melenyapkan segala cemas.” (Dr. Aidh Al-Qarni)  

30. “Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu.” Imam Syafii  

31. “Bila engkau pulang ke alam baka, tidak membawa bekal takwa, kau lihat orang-orang membawanya pada hari perhimpunan. Engkau akan menyesal, karena engkau tidak seperti mereka. Mereka mempunyai persiapan sedang engkau tidak memilikinya.” (Ibnu Qayyim)  

32. “Kesabaran itu ada dua macam: sabar atas sesuatu yang tidak kau ingin dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau ingini.” (Ali Bin Abi Thalib)  

33. “Memang sangat sulit untuk bersabar, tetapi menyia-nyiakan pahala dari kesabaran itulah yang lebih buruk.” (Abu Bakar)  

34. “Untuk mendapatkan apa yang kamu suka, pertama kamu harus sabar dengan apa yang kamu benci”. (Imam Al Ghazali)  

35. “Ketahui lah bahwa rasa syukur merupakan tingkatan tertinggi, dan ini lebih tinggi daripada kesabaran, ketakutan (khauf), dan keterpisahan dari dunia (zuhud)” (Imam al-Ghazali)  

36. “Aku mencintaimu karena agama yang ada padamu. Jika kau hilangkan agama dalam dirimu, maka hilanglah cintaku padamu.” (Imam An Nawawi)  

37. “Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis sedu sedan. Tetapi cinta menghidupkan pengharapan, menguatkan hati dalam perjuangan menempuh onak dan duri penghidupan.” (Buya Hamka)  

38. “Cintai lah kekasihmu sekadarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekadarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu.” (Ali bin Abi Thalib)  

39. “Jangan berhenti berdoa untuk yang terbaik bagi orang yang kau cintai.” (Ali bin Abi Thalib)  

40. “Jangan mencintai orang yang tidak mencintai Allah. Jika mereka bisa meninggalkan Allah, maka mereka juga akan meninggalkanmu.” (Imam Asy Syafi’i)  

Semoga kata-kata bijak tokoh Islam di atas bisa menjadi wasilah atas meningkatnya keimanan dan ketakwaan kita sebagai seorang muslim. Wallahu a’lam.  

Jumaat, 22 April 2022

10 Kelebihan Membaca Al-Quran



Al-Quran adalah petunjuk dan cahaya kepada manusia untuk kembali kepada jalan kebenaran. Allah s.w.t berfirman di dalam Al-Quran:
“Dengan Al-Quran itu Allah menunjukkan jalan-jalan keselamatan serta kesejahteraan kepada sesiapa yang mengikut keredaan-Nya, dan dengannya Tuhan keluarkan mereka dari gelap-gelita (kufur) kepada cahaya (iman) yang terang-benderang, dengan izin-Nya; dan dengannya juga Tuhan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus”. (Surah Al-Maidah, ayat 16)  

Kelebihan Al-Quran yang paling besar untuk sekalian makhluk ia tidak akan hilang dan berubah sehingga akhir zaman. Tidak seperti kitab-kitab lain yang telah diubah oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Seperti kitab Zabur, Taurat dan Injil yang diturunkan untuk Nabi-nabi terdahulu.   

Allah s.w.t. berfirman di dalam Al-Quran yang bermaksud:  

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran, dan Kamilah yang memelihara dan menjaganya”. (Surah Al-Hijr, ayat 9)  

Kelebihan-kelebihan membaca Al-Quran Al-Karim:  

1. Al-Quran sebagai syafaat di akhirat kelak.

Daripada Abu Umamah r.a melaporkan: Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Bacalah Al-Quran sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat sebagai syafaat kepada pembacanya”. (Hadith Abu Umamah ini direkodkan oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslim, kitab Solat Al-Musafirin Wal Qasruha, Bab Fadhlu Qiraat Al-Quran Wa Surah Al-Baqarah, No hadith 252)  

2. Al-Quran sebagai pembela.  

Daripada Nawwas Bin Sam’an r.a. telah melaporkan: Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Di hari akhirat kelak akan didatangkan Al-Quran dan orang yang membaca dan mengamalkan isi kandungannya, didahului dengan Surah Al-Baqarah dan Surah Ali-Imran, kedua-dua surah ini menghujah (mempertahankan) orang yang membaca dan mengamalkannya”. (Hadith Nawwas bin Sam’an ini direkodkan oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslim, Kitab Solat Al-Musafirin Wal Qasruha, Bab Fadhlu Qiraat Al-Quran Wa Surah Al-Baqarah, No hadith 253)  

3. Orang yang belajar dan mengajar Al-Quran adalah sebaik-baik amalan. 

Daripada Uthman Bin ‘Affan r.a. telah berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sebaik manusia di antara kamu orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarnya kepada orang lain”. (Hadith Uthman bin Affan ini direkodkan oleh Imam Bukhari dalam Sahih Bukhari, Kitab Fadhail Al-Quran, Bab Khairukum Min Ta’alum Al-Quran Wa A’lamahu, No hadith 5028)  

4. Dua pahala bagi orang yang susah menyebut dan membaca Al-Quran. 

Daripada Aisyah r.a. telah berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w.: “Orang yang membaca Al-Quran dan susah untuk menyebut ayatnya ia mendapat dua pahala”. (Hadith Aisyah r.a ini direkodkan oleh Imam Bukhari dalam Sahih Bukhari, Kitab Tafsir Al-Quran, Bab An-Naba:18, No hadith 4937)  

5. Allah s.w.t. mengangkat martabat golongan pembaca Al-Quran. 

Daripada Umar Bin Al-Khattab r.a. Bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah mengangkat martabat beberapa golongan dan merendahkan martabat yang lain dengan sebab Al-Quran”. (Hadith Umar bin Al-Khattab ini direkodkan oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslim)  

6. Membaca Al-Quran mendapat ketenangan. 

Daripada Barra’ bin ‘Azib r.a. telah melaporkan: “Seorang lelaki membaca Surah Al-Kahfi dan di sisinya seekor kuda yang diikat dengan dua tali, maka awan di langit mula melindunginya dan semakin hampir, dan kudanya mula menjauhinya. Apabila menjelang pagi beliau pergi berjumpa Nabi Muhammad s.a.w. dan menceritakan peristiwa tersebut maka baginda bersabda: Itulah (sakinah) ketenangan yang turun disebabkan bacaan Al-Quran”. (Hadith Barra’ r.a. bin ‘Azib r.a. ini direkodkan oleh Imam Bukhari dalam Sahih Bukhari, Kitab Fadhail Al-Quran, Bab Fadhlu Surah Al-Kahfi, No hadith 5011)  

7. Membaca dan memperelokkan bacaan mendapat kebaikan. 

Daripada Abdullah Bin ‘Amru Bin Al-‘As r.a. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Satu masa nanti akan dikatakan kepada orang yang membaca Al-Quran: Bacalah, perbaikilah dan perelokkanlah bacaan Al-Quran sepertimana engkau memperelokkan urusan di dunia, sesungguhnya tempat engkau akan ditentukan di akhir ayat yang engkau bacakan”. (Hadith Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘As ini direkodkan oleh Abu Daud dalam Sunan Abi Daud, Kitab Tafri’ Abwab Al-Witr, Bab Istihbab At-Tartil Fil Qiraat, No hadith 1464, status hadith ini hasan sahih)  

8. Fasih membaca Al-Quran lebih layak menjadi imam solat Jemaah. 

Daripada Ibnu Mas’ud r.a bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Orang yang paling layak mengimami kaum di dalam sembahyang ialah mereka yang terfasih membaca Al-Quran”. (Hadith Ibnu Mas’ud ini direkodkan oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslim)  

9. Setiap satu huruf membaca Al-Quran akan mendapat sepuluh ganjaran pahala. 

Daripada Ibnu Mas’ud r.a. ia berkata: “Barangsiapa yang membaca satu huruf daripada Al-Quran maka baginya satu kebaikan, satu kebaikan menyamai dengan sepuluh pahala, aku tidak bermaksud: Alif, Lam, Mim ialah satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (Hadith Ibnu Mas’ud ini direkodkan oleh Ad-Darimi Tirmizi dalam Sunan Tirmizi, Kitab Abwab Fadhail Al-Quran, No hadith 2910, status hadith ini hasan sahih)  

10. Memperelokkan suara dengan Al-Quran. 

Daripada Al-Bara’ bin ‘Aazib, Rasulullah s.a.w. bersabda: Hiasilah Al-Quran dengan suara kalian. (Hadith Al-Bara’ bin ‘Aazib ini direkodkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah, Kitab Iqamat As-Solat Wa Sunnah Fiha, Bab Fi Hasan As-Saut Bil Quran, No hadith 1342, status hadith ini sahih)  

Hadith-hadith di atas menerangkan kelebihan membaca Al-Quran. Jadi, jelaslah Al-Quran bukan sahaja mukjizat tetapi memberi kelebihan kepada pembaca-pembaca. Membaca Al-Quran dengan memahami makna tersurat dan tersirat mampu menyentuh hati dan jiwa manusia bahkan jin juga terkesan dengan keindahan bait-bait ayat Al-Quran yang dibacakan oleh Rasulullah s.a.w. ketika solat.