Hadits lainnya riwayat Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar:
“Barangsiapa
 yang berkata pada saudaranya ‘hai kafir’ kata-kata itu akan kembali 
pada salah satu diantara keduanya. Jika tidak (artinya yang dituduh 
tidak demikian) maka kata itu kembali pada yang mengucapkan (yang 
menuduh)”.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:
“Barangsiapa
 bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, menganut kiblat kita 
(ka’bah), shalat sebagaimana shalat kita, dan memakan daging sembelihan 
sebagaimana sembelihan kita, maka dialah orang Islam. Ia mempunyai hak 
sebagaimana orang-orang Islam lainnya. Dan ia mempunyai kewajiban 
sebagaimana orang Islam lainnya”.
Hadits riwayat At-Thabrani dalam Al-Kabir
 ada sebuah hadits dari Abdullah bin Umar dengan isnad yang baik bahwa 
Rasulallah saw. pernah memerintahkan:
“Tahanlah
 diri kalian (jangan menyerang) orang ahli ‘Laa ilaaha illallah’ (yakni 
orang Muslim). Janganlah kalian mengkafirkan mereka karena suatu dosa”. 
Dalam riwayat lain dikatakan: 
“Janganlah kalian mengeluarkan mereka dari Islam karena suatu amal ( perbuatan)”.
“Janganlah kalian mengeluarkan mereka dari Islam karena suatu amal ( perbuatan)”.
Hadits riwayat Bukhori, Muslim dari Abu Dzarr ra. telah mendengar Rasulallah  saw. bersabda:
“Siapa 
yang memanggil seorang dengan kalimat ‘Hai Kafir’, atau ‘musuh Allah’, 
padahal yang dikatakan itu tidak  demikian, maka akan kembali pada 
dirinya sendiri”.
Hadits riwayat Bukhori dan Muslim dari Itban bin Malik ra berkata:
“Ketika 
Nabi saw. berdiri sholat dan bertanya: Di manakah Malik bin Adduch-syum?
 Lalu dijawab oleh seorang: Itu munafiq, tidak suka kepada Allah dan 
Rasul-Nya. Maka Nabi saw. bersabda: Jangan berkata demikian, tidakkah 
kau tahu bahwa ia telah mengucapkan ‘Lailahailallah’ dengan ikhlas 
karena Allah. Dan Allah telah mengharamkan api neraka atas orang yang 
mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas karena Allah”.
Dari Zaid bin Cholid Aljuhany ra berkata: Rasulallah saw. bersabda:
“Jangan kamu memaki ayam jantan karena ia membangunkan untuk sembahyang”.   (HR. Abu Daud)
Binatang yang dapat mengingatkan manusia 
untuk sholat shubuh yaitu berkokoknya ayam jago pada waktu fajar telah 
tiba itu tidak boleh kita maki/cela, bagaimana dengan orang yang suka 
mencela, mensesatkan saudaranya yang mengadakan majlis dzikir 
(peringatan maulidin nabi, pembacaan Istighotsah dan sebagainya) yang di
 sana selalu didengungkan kalimat-kalimat ilahi, sholawat pada Nabi 
saw.. serta pujian-pujian pada Allah swt. dan Rasul-Nya yang semuanya 
ini tidak lain bertujuan untuk mengingatkan serta mendekatkan diri pada 
Allah swt. agar menjadi hamba yang mencintai dan dicintai oleh Allah dan
 Rasul-Nya? Pikirkanlah !
Hadits riwayat Bukhori, Muslim dari Abu Hurairah ra telah mendengar Rasulallah saw. bersabda :
“Sungguh
 adakalanya seorang hamba berbicara sepatah kata yang tidak 
diperhatikan, tiba-tiba ia tergelincir ke dalam neraka oleh kalimat itu 
lebih jauh dari jarak antara timur dengan barat”.
Memahami hadits ini kita disuruh 
hati-hati untuk berbicara, karena sepatah kata yang tidak kita 
perhatikan bisa menjerumuskan kedalam api neraka. Bagaimana halnya 
dengan seseorang yang sering mensesatkan golongan muslimin yang selalu 
mengadakan majlis berdzikir, peringatan-peringatan agama yang di dalam 
majlis-majlis tersebut selalu dikumandangkan tasbih, tahmid, sholawat 
pada Nabi saw. dan lain sebagainya? Pikirkanlah!
Di dalam surat An-Nisaa [4]: 94 artinya; “Hai
 orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan 
Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang 
mengucapkan ‘salam’ kepadamu ‘Kamu bukan seorang mukmin’ (lalu kamu 
membunuhnya).. sampai akhir ayat.”
Lihat ayat ini dalam waktu perangpun kita
 tidak boleh menuduh atau mengucapkan pada orang yang memberi salam 
(dimaksud juga orang yang mengucapkan Lailaaha illallah) sebagai bukan 
orang mukmin sehingga kita membunuhnya.
Jelas buat kita dengan adanya ayat 
al-Quran dan hadits-hadits  Rasulallah saw. di atas, kita bisa 
bandingkan sendiri bagaimana tercelanya orang yang suka menuduh sesat, 
kafir, syirik terhadap sesama musliminnya yang senang melakukan 
amalan-amalan kebaikan (diantaranya dzikir bersama, tahlilan, 
memperingati hari lahir Nabi saw. dan sebagainya) disebabkan mereka 
tidak sepaham atau sependapat dengan orang ini? Begitu juga orang yang 
mencela, mensesatkan satu madzhab karena tidak sepaham dengan 
madzhabnya.
Sebab tuduhan ini sangat berbahaya. Nabi 
saw. menyuruh agar kita harus berhati-hati dan tidak sembarangan untuk 
berbicara, yang mana ucapan itu bisa mengantarkan kita keneraka. Malah 
perintah Allah swt. (dalam surat Toha ayat 43-44) kepada Nabi Musa dan 
Harun -‘alaihimassalam- agar mereka pergi keraja Fir’aun yang sudah 
jelas kafir dan melampaui batas untuk mengucapkan kata-kata yang 
lunak/halus terhadapnya, barangkali dia (Fir’aun) bisa sadar/ingat 
kembali dan takut pada Allah swt. Untuk orang kafir (Fir’aun) saja harus
 berkata halus apalagi sesama muslim. 
Wallahu a’lam.
Wallahu a’lam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan