Masyarakat Muslim harus memelihara akidah dan menjaganya dan berjuang untuk menyebarkan dan mengokohkan serta mencegah kemurtadan darinya,
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang dicintai Allah dan mencintai Allah, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. " Al-Maidah: 54
Dari sisi lain, kita melihat sekularisma, sekalipun menerima akidah Islam secara teori atau dalam kata-kata, namun is menolak sikap yang wajib dimiliki oleh seorang Muslim sebagai tuntutan akidah yang dianutnya. Hal itu tampak pada dua persoalan berikut:
1: Pertama
Sekularisma menolak akidah Islam dijadikan sebagai kesetiaan dan intima (dibangsakannya seseorang). Sekularisma menolak ikatan agama. Ia mengutamakan ikatan darah, suku dan tanah air dan sejenisnya. Ini bertentangan secara diametral dengan pernyataan Al Quraan yang menegakkan ukhuwah dan persaudaraan di atas dasar iman dan akidah,
"Orang-orang yang beriman itu tidak lain adalah bersaudara.� Al Hujurat: 10
"Maka dengan nikmat-Nya kamu menjadi bersaudara.� Ali Imran: 103
Islam menjadikan wala (kesetiaan dan dukungan) mukmin kepada Allah, rasul-Nya dan jama'ah orang-orang mukmin sebelum kepada yang lain,
"Sesungguhnya penolong (kekasih) kamu hanyalah Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolong (pendukungnya), maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang. �Al Maidah: 55-56
Islam tidak mengakui setiap bentuk ikatan, betapa pun kuat dan dekatnya ikatan itu, seperti ikatan atau hubungan bapak dengan anak atau saudara kandung apabila ikatan itu bertentangan dengan ikatan iman. Allah SWT berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak kamu dan saudara-saudara kamu pemimpin pemimpinmu jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpin kamu, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim� At-Taubah: 23
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalam surga itu " Al-Mujaadilah: 22
Al Quraan Al Karim telah memberikan kepada kita contoh dengan datuk para Nabi, yakni Nabiyullahh Ibrahim 'Alaihis salam dimana dia berlepas diri dari ayahnya saat tampak baginya bahwa dia memusuhi Allah. Begitu juga sikapnya dan sikap orang-orang yang beriman bersamanya, mereka tidak setia kepada kaumnya yang kafir kepada Allah,
"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dengan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja," Al Mumtahanah: 4
Allah juga telah berfirman kepada nabi-Nya Nuh Alaihis salam mengenai putra kandungnya ketika putranya ini membangkang kepada Rabb-nya, Allah berfirman,
'Hai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk keluarga kamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik'. �Huud: 46
Di dalam ayat yang banyak, Allah SWT mengingatkan orang-orang yang beriman agar tidak menjadikan musuh Allah sebagai pemimpin atau pendukungnya. Peringatan ini begitu keras sehingga orang yang melakukannya hampir dipandang sebagai orang murtad.
"Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk ke golongan mereka.� Al Maidah: 51
Pada ayat selanjutnya, Allah berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, yang bersikap keras kepada orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah. " AI-Maaidah: 54
Tidak ada kelonggaran dalam soal ini kecuali ketika si mukmin berada dalam ketidak-upayaan yang tidak menemukan jalan lain kecuali harus pura-pura memperlihatkan kepatuhan terhadap orang kafir sebagai siasah memelihara diri, dan sikap seperti ini merupakan pengecualian dari kaedah umum. Allah SWT berfirman,
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin dan pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasah) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kamu kembali " Al Imran: 28
Ayat ini menunjukkan bahwa kata wali (Wilayah) bermakna menolong mereka dan ikut dalam barisan mereka. Bukan bermakna kecenderungan hati atau cinta. Karena jika maknanya "cinta" tentu tidak ada rukhsah (kelonggaran) dan pengecualian lantaran orang yang lemah dan tidak berdaya di sini mungkin menyimpan kebencian dan permusuhan yang tidak dapat dilihat oleh seorang pun.
2: Kedua
Sekularisma menolak penganut akidah Islam untuk melakukan hukum Allah dan Rasul-Nya sebagai natijah dari iman dan akidah Islam yang dianutnya. Inilah yang dinyatakan oleh Al Quraan Al Karim dalam penjelasan yang begitu detail dan jelas, tanpa ada kesamaran di dalamnya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. �Al Ahzaab: 36
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, 'Sami'na wa atha'na (kami mendengar dan taat) '. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. �An Nuur: 51
"Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.� An-Nisa: 65
Jelaslah bahwa akidah Islam mewajibkan Muslim untuk menyesuaikan hidupnya dengan undang-undang dan hukum yang telah ditetapkan oleh akidah itu dan akidah Islam mengharuskan kesan daripadanya terlihat pada perilaku dan tindak-tanduknya baik sebagai pemimpin maupun sebagai orang yang dipimpin (rakyat).
Sekularisma ingin agar akidah Islam hanya ada dalam hati tidak tampil bergerak dalam pertarungan kehidupan dan tidak memberikan pengaruh kepada tujuan dan sistem kehidupan. Kalaupun harus aktif dan bergerak, ia hanya boleh bergerak dan aktif di masjid saja yang masjidnya sendiri di bawah kekuasaannya.
Oleh karena itu seorang Muslim yang hidup dalam pemerintahan sekular merasakan pertentangan antara akidah yang diyakininya dengan realiti yang harus dijalani.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan