Selasa, 6 Disember 2022

Menghormati Ulama dan kelebihan Orang Berilmu

 Adab Islam dalam menghormati Ulama dan kelebihan Orang Berilmu 

Oleh: Dr. Ahmed Abdul Hadi Syahin

Ulamak adalah pewaris para nabi. Allah telah memilih mereka supaya membawa agama dan syariat. Mereka adalah golongan yang paling mengenali Allah. Tugas mereka adalah menunjukkan manusia jalan kepada Allah. Firman Allah:

 “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fusshilat: 33)

 Firman Allah:

 “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Fathir: 28)

 Dari Abu Umamah r.a bahwa nabi saw bersabda:

 “Barangsiapa yang berusaha mencari satu jalan untuk menuntu ilmu, nescaya Allah akan mudahkan baginya jalan ke syurga. Para malaikat akan mengembangkan sayapnya sebagai tanda redha kepada penuntut ilmu. Bagi mereka yang berilmu segala yang ada di langit dan di bumi memohon ampun untuknya termasuk ikan-ikan paus di tengah lautan. Kelebihan orang yang berilmu berbanding ahli ibadah seumpama kelebihan bulan mengambang berbanding semua bintang. Ulamak adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan wang dinar dan dirham tetapi mereka mewariskan ilmu. Sesiapa yang mengambilnya pastilah mereka memperolehi keuntungan yang melimpah”. (Tirmizi)

Dari Abu Darda’ r.a disebutkan kepada Rasulullah saw tentang dua orang lelaki, salah seorang ialah abid (ahli ibadah) dan seorang lagi seorang alim (orang berilmu). Lalu nabi bersabda:

“Kelebihan orang berilmu berbanding ahli ibadah seperti kelebihan saya berbanding orang yang paling rendah di kalangan kamu”. Kemudian nabi bersabda lagi: Sesungguhnya Allah, para malaikat, penghuni langit dan bumi termasuk semut di celah batu dan termasuk ikan paus sentiasa berselawat kepada orang yang mengajar orang kepada kebaikan”. (Abu Daud)

Allah telah melebihkan dan memuliakan para ulamak dan meninggikan kedudukan dan darjat mereka. Allah telah menyatakan ada perbezaan antara ulamak dan orang yang tidak mengetahui kerana kepentingan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Firman Allah:

“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az-Zumar: 9)

Firman Allah:

 “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadalah: 11)

Menurut Umar bin al-Khattab r.a: “Sesungguhnya Allah meninggi golongan-golongan tertentu dengan Kitab ini dan merendahkan yang lain”.

Oleh kerana kepentingan ulamak kepada kehidupan umat Allah telah meminta manusia supaya sentiasa bertanya mereka dalam urusan yang tidak diketahui. Firman Allah:

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (An-Nahl: 43)

Di samping itu Islam mengambil kira kewujudan mereka sebagai nikmat dan rahmat daripada Allah kepada umat, sedangkan kematian mereka suatu musibah besar kepada umat. Ini kerana kematian seorang ulamak bermakna diangkat ilmu dari muka bumi.

Dari Abdullah bin Amru bin al-As r.a, nabi saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak menghilangkan ilmu dengan cara mencabutnya daripada hamba, tetapi Allah mengambil ilmu dengan mematikan ulamak, sehingga apabila tiada lagi ulamak, manusia akan mengambil orang jahil sebagai pemimpin mereka. Apabila ditanya tentang sesuatu urusan agama, mereka akan memberi jawapan tanpa ilmu. Lalu mereka sesat dan menyesatkan”. (Bukhari)

Hasan al-Basri mengungkapkan: “Mereka ini berkata kematian ulamak sebagai satu lubang di dalam agama. Sesuatupun tidak akan menutupnya sekalipun bertukar malam dan siang”.

Nabi saw amat menyukai amalan menghormati ulamak bahkan mewajibkan manusia sentiasa memuliakan dan mengasihi mereka. Dari Abu Musa al- Asy’ari r.a, nabi saw bersabda:

“Di antara ketinggian Allah ialah sentiasa memuliakan muslim yang beruban, membawa al-Quran tanpa melakukan keburukan dan tidak kosong darinya dan memuliakan sultan yang adil”. (Abu Daud)

Bagi nabi saw orang yang tidak menghormati dan memuliakan ulamak bukan termasuk orang yang sempurna Islamnya. Dia sebenarnya terdapat kekurangan dalam agamanya an kefahamannya tentang Islam seolah-olah dia hidup di luar dari jamaah Islam. Di dalam sebuah hadith dari Ubadah bin Samit r.a, nabi saw telah bersabda:

“Bukan termasuk kalangan umatku yang tidak memuliakan yang lebih tua, mengasihi yang lebih kecil dan mengenali orang alim dengans sebenarnya”. (Ibn Munzir)

Di antara hukum syarak yang penting ialah tidak harus membincangkan tentang kekuarangan ulamak dan mencari keburukan dan mendedahkannya di dalam majlis-majlis.

Menurut Ibn Asakir: “Sesungguhnya daging para ulamak beracun dan sunnah Allah dalam mengkritik mereka telah dimaklumi”.

Menurut Imam Ahmad pula: “Daging para ulamak beracun, siapa yang menghidunya sakit dan siapa yang memakannya mati”.

Kata Imam Ahmad juga: “Siapa yang lidahnya menutur perkara negative tentang ulamak, Allah akan memberi bala sebelum matinya iaitu dengan mematikan hati”.

Para salaf as-soleh sentiasa menyebutkan tentang ulamak dengan sifat-sifat dan sebutan yang baik dan indah. Bahkan mereka sentiasa berhati-hati dari memburuk dan mengeji mereka.

Menurut Ibn Mubarak: “Orang yang merendahkan ulamak akan hilang akhiratnya, orang yang merendahkan para pemimpin akan hilang dunianya dan orang merendahkan para saudara akan hilang maruahnya”.

Menurut Auza’e: “Memerangi golongan ilmuan terutama yang terkenal termasuk ke dalam sebesar-besar dosa”.

Abu Hanifah berkata tentang hak gurunya Imam Hamad: “Aku tidak tidak pernah solat selepas kematian Hamad, melainkan saya akan saya akan memohon ampun untuknya bersama ibubapaku”.

Menurut Ibn al-Athimin: “Memuliakan ulamak bermakna memuliakan syariat, kerana mereka adalah pembawanya. Menghina ulamak bermakna menghina syariat”.

Ibn Abbas telah memegang tempat pijak tunggangan dan memegang tali pemacu untuk Zaid bin Tsabit dan berkata: “Beginilah kami diperintahkan memuliakannya kepada ulamak kami. Lantas Zaid pula memegang tangang Ibn Abbas dan menciumnya lalu berkata: “Beginilah kami diperintahkan melakukannya kepada ahli keluarga nabi saw”.

Kita mohon Allah menjadikan kita termasuk ke dalam golongan seperti firmanNya:

“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal”. (Az-Zumar: 18)

 

Ahad, 20 November 2022

40 Kata-kata Tokoh Islam

40 Kata-kata Bijak Tokoh Islam semoga menginspirasi dan memotivasi kepada kita:

1. “Jagalah Alquran, jangan kalian didahului orang dalam mengamalkannya.” (Ali bin Abi Thalib)

2. “Banyak orang yang telah meninggal, tapi nama baik mereka tetap kekal. Dan banyak orang yang masih hidup, tapi seakan mereka orang mati yang tak berguna.” (Imam Syafi’i) 

3. “Tempat terbitnya cahaya ilahi adalah hati dan relung batin.” (Ibnu Athaillah) 4. “Dan jiwamu, jika tidak kau sibukkan di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebathilan.” (Imam Syafi’i)  

5. “Wahai anak Adam, juallah duniamu untuk akhiratmu, niscaya kamu untung di keduanya. Dan janganlah kamu jual akhiratmu untuk duniamu, karena kamu akan rugi di keduanya. Singgah di dunia ini sebentar, sedang tinggal di akhirat sana sangatlah panjang.” (Hasan Al-Bashri) 

6. “Wahai anakku, ambillah harta dunia sekedar keperluanmu saja dan nafkahkanlah selebihnya untuk bekal akhiratmu”. (Luqman Al-Hakim)  

7. “Menghindarkan telinga dari mendengar hal-hal yang tidak baik merupakan suatu keharusan, sebagaimana seseorang mensucikan tutur katanya dari ungkapan buruk.” Imam Syafii
 
8. “Di antara tanda matinya hati, adalah tidak adanya perasaan sedih atas kesempatan beramal yang engkau lewatkan dan tidak adanya penyesalan atas pelanggaran yang engkau lakukan.” (Ibnu Athaillah)  

9. “Dunia ini hanya memiliki tiga hari: Hari kemarin, ia telah pergi bersama dengan semua yang menyertainya. Hari esok, kamu mungkin tak akan pernah menemuinya. Hari ini, itulah yang kamu miliki, maka beramal lah di hari ini.” (Hasan al Bashri)  

10. “Lidah seseorang dapat menggambarkan bagaimanakah hatinya.” (Ibnu Qayyim)  

11. “Terkadang Allah membiarkan kamu untuk merasakan kepahitan dunia ini supaya kamu dapat sepenuhnya menghargai manisnya iman.” (Omar Suleiman)  

12. “Barang siapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar, maka akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.” (Imam Syafi’i)  

13. “Betapa banyak kegetiran dan kesulitan yang dialami, yang bisa memalingkan jalan ibadah. Kecuali untuk orang-orang yang bersabar dan selalu istiqomah.” (Erick Yusuf)  

14. “Jika terdapat banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, maka mulailah dari yang terpenting dan mendesak.” (Imam Syafi’i)  

15. “Orang berilmu pengetahuan ibarat gula yang mengundang banyak semut. Dia menjadi cahaya bagi diri dan sekelilingnya.” (Abdullah Gymnastiar)  

16. “Belajarlah Alquran, niscaya kamu tertuntun ke jalan yang benar, dan berbuatlah kebajikan sesuai dengan Alquran, niscaya kamu menjadi ahlinya.” (Umar bin Khattab)  

17. “Jika engkau bertakwa kepada Allah, maka engkau tidak butuh kepada manusia. Sedang apabila engkau takut kepada manusia, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhanmu kepada Allah sedikit pun.” (Sufyan Ats-Tsauri)  

18. “Jika semua orang menjauh ketika engkau mendapat kesulitan, maka ketahuilah bahwa Allah SWT ingin membuatmu kuat dan Ia akan menjadi penolongmu.” (Imam Syafi’i)  

19. “Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.” (Umar bin Khattab)  

20. “Jika kamu mampu bersabar sebentar pada saat dirimu marah, maka hal itu dapat menghindarkan mu dari ribuan penyesalan di masa yang akan datang”. (Ali bin Abi Thalib)  

21. “Hidup lah sebagaimana semaumu, tetapi ingat, bahwa engkau akan mati. Dan cintai lah siapa yang engkau sukai, namun ingat, engkau akan berpisah dengannya. Dan berbuat lah seperti yang engkau kehendaki, namun ingat, engkau pasti akan menerima balasannya nanti.” (Imam Ghazali)  

22. “Jalanilah kehidupan di dunia ini tanpa membiarkan dunia hidup di dalam dirimu, karena ketika perahu berada di atas air, ia mampu berlayar dengan sempurna, tetapi ketika air masuk ke dalamnya, perahu itu tenggelam.” (Ali bin Abi Thalib)  

23. “Orang yang terkaya adalah orang yang menerima pembagian (taqdir) dari Allah dengan senang hati.” (Ali bin Husein)  

24. “Petunjuk tidak bisa dicapai kecuali dengan pengetahuan, dan arah tujuan yang benar tidak bisa dituju kecuali dengan kesabaran.” (Ibnu Taimiyah)  

25. “Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah.” (Ibnu Mas’ud)  

26. “Jangan terlalu bergantung pada siapapun di dunia ini. Karena bayanganmu saja akan meninggalkanmu di saat gelap.” (Ibnu Taymiyyah)  

27. “Kehidupan itu cuma dua hari. Satu hari untukmu dan satu hari melawanmu. Maka pada saat ia untukmu, jangan bangga dan gegabah dan pada saat ia melawanmu bersabarlah. Karena keduanya adalah ujian bagimu.” (Ali bin Abi Thalib)  

28. “Jika Allah bersamamu, maka jangan takut kepada siapa saja. Akan tetapi jika Allah sudah tidak lagi bersamamu, maka siapa lagi yang bisa diharapkan olehmu.” (Hasan Al-Banna)  

29. “Menyampaikan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, membantu menghilangkan kesulitan dan melenyapkan segala cemas.” (Dr. Aidh Al-Qarni)  

30. “Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu.” Imam Syafii  

31. “Bila engkau pulang ke alam baka, tidak membawa bekal takwa, kau lihat orang-orang membawanya pada hari perhimpunan. Engkau akan menyesal, karena engkau tidak seperti mereka. Mereka mempunyai persiapan sedang engkau tidak memilikinya.” (Ibnu Qayyim)  

32. “Kesabaran itu ada dua macam: sabar atas sesuatu yang tidak kau ingin dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau ingini.” (Ali Bin Abi Thalib)  

33. “Memang sangat sulit untuk bersabar, tetapi menyia-nyiakan pahala dari kesabaran itulah yang lebih buruk.” (Abu Bakar)  

34. “Untuk mendapatkan apa yang kamu suka, pertama kamu harus sabar dengan apa yang kamu benci”. (Imam Al Ghazali)  

35. “Ketahui lah bahwa rasa syukur merupakan tingkatan tertinggi, dan ini lebih tinggi daripada kesabaran, ketakutan (khauf), dan keterpisahan dari dunia (zuhud)” (Imam al-Ghazali)  

36. “Aku mencintaimu karena agama yang ada padamu. Jika kau hilangkan agama dalam dirimu, maka hilanglah cintaku padamu.” (Imam An Nawawi)  

37. “Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis sedu sedan. Tetapi cinta menghidupkan pengharapan, menguatkan hati dalam perjuangan menempuh onak dan duri penghidupan.” (Buya Hamka)  

38. “Cintai lah kekasihmu sekadarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekadarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu.” (Ali bin Abi Thalib)  

39. “Jangan berhenti berdoa untuk yang terbaik bagi orang yang kau cintai.” (Ali bin Abi Thalib)  

40. “Jangan mencintai orang yang tidak mencintai Allah. Jika mereka bisa meninggalkan Allah, maka mereka juga akan meninggalkanmu.” (Imam Asy Syafi’i)  

Semoga kata-kata bijak tokoh Islam di atas bisa menjadi wasilah atas meningkatnya keimanan dan ketakwaan kita sebagai seorang muslim. Wallahu a’lam.  

Jumaat, 22 April 2022

10 Kelebihan Membaca Al-Quran



Al-Quran adalah petunjuk dan cahaya kepada manusia untuk kembali kepada jalan kebenaran. Allah s.w.t berfirman di dalam Al-Quran:
“Dengan Al-Quran itu Allah menunjukkan jalan-jalan keselamatan serta kesejahteraan kepada sesiapa yang mengikut keredaan-Nya, dan dengannya Tuhan keluarkan mereka dari gelap-gelita (kufur) kepada cahaya (iman) yang terang-benderang, dengan izin-Nya; dan dengannya juga Tuhan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus”. (Surah Al-Maidah, ayat 16)  

Kelebihan Al-Quran yang paling besar untuk sekalian makhluk ia tidak akan hilang dan berubah sehingga akhir zaman. Tidak seperti kitab-kitab lain yang telah diubah oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Seperti kitab Zabur, Taurat dan Injil yang diturunkan untuk Nabi-nabi terdahulu.   

Allah s.w.t. berfirman di dalam Al-Quran yang bermaksud:  

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran, dan Kamilah yang memelihara dan menjaganya”. (Surah Al-Hijr, ayat 9)  

Kelebihan-kelebihan membaca Al-Quran Al-Karim:  

1. Al-Quran sebagai syafaat di akhirat kelak.

Daripada Abu Umamah r.a melaporkan: Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Bacalah Al-Quran sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat sebagai syafaat kepada pembacanya”. (Hadith Abu Umamah ini direkodkan oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslim, kitab Solat Al-Musafirin Wal Qasruha, Bab Fadhlu Qiraat Al-Quran Wa Surah Al-Baqarah, No hadith 252)  

2. Al-Quran sebagai pembela.  

Daripada Nawwas Bin Sam’an r.a. telah melaporkan: Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Di hari akhirat kelak akan didatangkan Al-Quran dan orang yang membaca dan mengamalkan isi kandungannya, didahului dengan Surah Al-Baqarah dan Surah Ali-Imran, kedua-dua surah ini menghujah (mempertahankan) orang yang membaca dan mengamalkannya”. (Hadith Nawwas bin Sam’an ini direkodkan oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslim, Kitab Solat Al-Musafirin Wal Qasruha, Bab Fadhlu Qiraat Al-Quran Wa Surah Al-Baqarah, No hadith 253)  

3. Orang yang belajar dan mengajar Al-Quran adalah sebaik-baik amalan. 

Daripada Uthman Bin ‘Affan r.a. telah berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sebaik manusia di antara kamu orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarnya kepada orang lain”. (Hadith Uthman bin Affan ini direkodkan oleh Imam Bukhari dalam Sahih Bukhari, Kitab Fadhail Al-Quran, Bab Khairukum Min Ta’alum Al-Quran Wa A’lamahu, No hadith 5028)  

4. Dua pahala bagi orang yang susah menyebut dan membaca Al-Quran. 

Daripada Aisyah r.a. telah berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w.: “Orang yang membaca Al-Quran dan susah untuk menyebut ayatnya ia mendapat dua pahala”. (Hadith Aisyah r.a ini direkodkan oleh Imam Bukhari dalam Sahih Bukhari, Kitab Tafsir Al-Quran, Bab An-Naba:18, No hadith 4937)  

5. Allah s.w.t. mengangkat martabat golongan pembaca Al-Quran. 

Daripada Umar Bin Al-Khattab r.a. Bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah mengangkat martabat beberapa golongan dan merendahkan martabat yang lain dengan sebab Al-Quran”. (Hadith Umar bin Al-Khattab ini direkodkan oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslim)  

6. Membaca Al-Quran mendapat ketenangan. 

Daripada Barra’ bin ‘Azib r.a. telah melaporkan: “Seorang lelaki membaca Surah Al-Kahfi dan di sisinya seekor kuda yang diikat dengan dua tali, maka awan di langit mula melindunginya dan semakin hampir, dan kudanya mula menjauhinya. Apabila menjelang pagi beliau pergi berjumpa Nabi Muhammad s.a.w. dan menceritakan peristiwa tersebut maka baginda bersabda: Itulah (sakinah) ketenangan yang turun disebabkan bacaan Al-Quran”. (Hadith Barra’ r.a. bin ‘Azib r.a. ini direkodkan oleh Imam Bukhari dalam Sahih Bukhari, Kitab Fadhail Al-Quran, Bab Fadhlu Surah Al-Kahfi, No hadith 5011)  

7. Membaca dan memperelokkan bacaan mendapat kebaikan. 

Daripada Abdullah Bin ‘Amru Bin Al-‘As r.a. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Satu masa nanti akan dikatakan kepada orang yang membaca Al-Quran: Bacalah, perbaikilah dan perelokkanlah bacaan Al-Quran sepertimana engkau memperelokkan urusan di dunia, sesungguhnya tempat engkau akan ditentukan di akhir ayat yang engkau bacakan”. (Hadith Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘As ini direkodkan oleh Abu Daud dalam Sunan Abi Daud, Kitab Tafri’ Abwab Al-Witr, Bab Istihbab At-Tartil Fil Qiraat, No hadith 1464, status hadith ini hasan sahih)  

8. Fasih membaca Al-Quran lebih layak menjadi imam solat Jemaah. 

Daripada Ibnu Mas’ud r.a bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Orang yang paling layak mengimami kaum di dalam sembahyang ialah mereka yang terfasih membaca Al-Quran”. (Hadith Ibnu Mas’ud ini direkodkan oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslim)  

9. Setiap satu huruf membaca Al-Quran akan mendapat sepuluh ganjaran pahala. 

Daripada Ibnu Mas’ud r.a. ia berkata: “Barangsiapa yang membaca satu huruf daripada Al-Quran maka baginya satu kebaikan, satu kebaikan menyamai dengan sepuluh pahala, aku tidak bermaksud: Alif, Lam, Mim ialah satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (Hadith Ibnu Mas’ud ini direkodkan oleh Ad-Darimi Tirmizi dalam Sunan Tirmizi, Kitab Abwab Fadhail Al-Quran, No hadith 2910, status hadith ini hasan sahih)  

10. Memperelokkan suara dengan Al-Quran. 

Daripada Al-Bara’ bin ‘Aazib, Rasulullah s.a.w. bersabda: Hiasilah Al-Quran dengan suara kalian. (Hadith Al-Bara’ bin ‘Aazib ini direkodkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah, Kitab Iqamat As-Solat Wa Sunnah Fiha, Bab Fi Hasan As-Saut Bil Quran, No hadith 1342, status hadith ini sahih)  

Hadith-hadith di atas menerangkan kelebihan membaca Al-Quran. Jadi, jelaslah Al-Quran bukan sahaja mukjizat tetapi memberi kelebihan kepada pembaca-pembaca. Membaca Al-Quran dengan memahami makna tersurat dan tersirat mampu menyentuh hati dan jiwa manusia bahkan jin juga terkesan dengan keindahan bait-bait ayat Al-Quran yang dibacakan oleh Rasulullah s.a.w. ketika solat.

Selasa, 3 Ogos 2021

Lakukan Apa Sahaja Kebaikan Kerana ALLAH SWT


MELAKUKAN kebaikan tidaklah sesukar mana. Walaupun kita hanya menguntumkan senyuman sahaja kepada orang lain sudah dikira sebagai sedekah.

Apatah lagi perbuatan-perbuatan lain seperti membantu orang, berinfak, berbuat baik kepada ibu bapa dan seumpamanya.

Menjadi lumrah sifat seorang manusia itu memang sukakan kebaikan. Sejahat mana pun seseorang itu, pasti terselit fitrah itu dalam diri setiap insan.

Namun begitu, melakukan kebaikan sahaja tidak cukup jika ia tidak memenuhi prasyarat ditetapkan. Ia sepertimana pekerjaan lain yang ada piawaian, begitu jugalah dengan amal kebajikan.

Ketahuilah, berbuat kebaikan akan menjadi ibadah jika ia dilakukan kerana ALLAH SWT.

Perkara itu ada dinyatakan secara jelas dalam al-Quran bahawa umat Islam diperintahkan untuk menyembah ALLAH SWT iaitu beribadah kepada-NYA dengan penuh keikhlasan, selain beramal soleh dan tidak menyekutukan-NYA.

“Jadi, kita berbuat kebaikan itu bukan kerana pilihan sendiri atau kerana (sifat) kemanusiaan,” katanya sebagaimana dipetik menerusi video yang dikongsikan di Instagram miliknya baru-baru ini.

Dalam kitab suci itu juga, ALLAH SWT turut mengisahkan perihal korban yang dilakukan oleh anak Nabi Adam AS iaitu Habil dan Qabil.

“Ketika mereka mempersembahkan korban masing-masing untuk melakukan ketaatan dan kebaikan yang tujuannya untuk dipersembahkan kepada ALLAH SWT, hanya satu korban sahaja yang diterima iaitu korban Habil.

“Sementelah, korban lagi satu tidak diterima kerana perbuatannya itu bukan kerana ALLAH SWT.

“Bagaimana ALLAH SWT akan terima ibadah kalau dilakukan bukan kerana ALLAH SWT? Bukankah kerana DIA, kita lakukan? Bagaimana hendak mendapat ganjaran?,” soalnya.

Demikian juga hal yang berlaku kepada masyarakat di dunia pada hari ini. Ramai orang yang taat, berbuat kebaikan seperti bersedekah dan membantu orang yang memerlukan.

Ia termasuklah golongan bukan Islam yang secara sukarela berbuat kebaikan.

“Namun, semua itu dilakukan kerana pilihannya sendiri.

“Ia berbeza dengan orang beriman yang mana golongan itu tidak boleh berbuat ketaatan kerana pilihannya sendiri iaitu disebabkan kemanusiaan. Semestinya ia dilakukan kerana ibadah terlebih dahulu dan taat kepada ALLAH SWT, barulah perbuatan itu akan jadi baik serta menjadi ibadah,” 

Ibadah merupakan perbuatan baik yang dilakukan kerana ALLAH SWT. Sifat ikhlas semata-mata kerana-NYA itulah yang akan mengubah status perbuatan kita menjadi ibadah.

“Namun, andai seseorang bersedekah atau menunaikan zakat kerana terpaksa umpamanya, risau orang berkata kita kedekut dan orang tuduh macam-macam, itu sudah jadi cerita lain.

“Tidak kisahlah mahu bersedekah sebab terpaksa atau dengan pilihan sendiri, kita kena ingat bahawa selagi tidak dilakukan kerana ALLAH SWT, amal kita itu tidak akan diterima selama-lamanya oleh ALLAH SWT,” .

Sebelum mengakhiri perkongsian ilmunya, agamawan itu sempat menitipkan pesanan buat renungan bersama.

“Setiap ibadah pasti baik. Namun, yang baik itu belum tentu ibadah,” 

Justeru, apa sahaja perbuatan yang dilakukan, jangan sekali-kali lupa untuk pasangkan niat dan lakukan semuanya ikhlas kerana ALLAH SWT.

Sumber: Instagram @habibalizaenalalhamid & @cocombee

Ahad, 18 Julai 2021

ORANG YANG MENGHALANGI PERBUATAN BAIK

[2:114] Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.

[2:169] Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.

[2:217] Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah {134}. Dan berbuat fitnah {135} lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

[2:224] Jangahlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah di antara manusia {139}. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

[2:268] Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia {170}. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.

[3:99] Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?”. Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.

[4:55] Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.

[4:61] Apabila dikatakan kepada mereka : “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.

[4:160] Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah,

[4:167] Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya.

[5:2] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah {389}, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram {390}, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya {391}, dan binatang-binatang qalaa-id {392}, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya {393} dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

[5:79] Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.

[5:91] Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

[6:26] Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Quraan dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari.

[6:130] Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.

[6:131] Yang demikian itu adalah karena Tuhanmu tidaklah membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah {505}.

[6:132] Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

[6:133] Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.

[6:134] Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya.

[6:135] Katakanlah: “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu {506}, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini {507}. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.

[6:136] Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: “Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka {508}. Amat buruklah ketetapan mereka itu.

[6:137] Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agama-Nya {509}. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggallah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

[6:138] Dan mereka mengatakan {510}: “Inilah hewan ternak dan tanaman yang dilarang; tidak boleh memakannya, kecuali orang yang kami kehendaki”, menurut anggapan mereka, dan ada binatang ternak yang diharamkan menungganginya dan ada binatang ternak yang mereka tidak menyebut nama Allah waktu menyembelihnya {511}, semata-mata membuat-buat kedustaan terhadap Allah. Kelak Allah akan membalas mereka terhadap apa yang selalu mereka ada-adakan.

[6:139] Dan mereka mengatakan: “Apa yang ada dalam perut binatang ternak ini {512} adalah khusus untuk pria kami dan diharamkan atas wanita kami,” dan jika yang dalam perut itu dilahirkan mati, maka pria dan wanita sama-sama boleh memakannya. Kelak Allah akan membalas mereka terhadap ketetapan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

[6:140] Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena kebodohan lagi tidak mengetahui {513} dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezki-kan pada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.

 [7:16] Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,

[7:20] Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”.

[7:22] maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”

[7:44] Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): “Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?” Mereka (penduduk neraka) menjawab: “Betul”. Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim,

[7:45] (yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat.”

[7:86] Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.

[8:34] Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

[8:36] Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,

[8:47] Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.

[9:9] Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu.

[9:34] Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,

[9:67] Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya {648}. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.

[11:18] Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah?. Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi {716} akan berkata: “Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka”. Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim,

[11:19] (yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari akhirat.

[11:20] Orang-orang itu tidak mampu menghalang-halangi Allah untuk (mengazab mereka) di bumi ini, dan sekali-kali tidak adalah bagi mereka penolong selain Allah. Siksaan itu dilipat gandakan kepada mereka. Mereka selalu tidak dapat mendengar (kebenaran) dan mereka selalu tidak dapat melihat(nya).

[13:33] Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah: “Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu”. Atau apakah kamu hendak memberitakan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di bumi, atau kamu mengatakan (tentang hal itu) sekadar perkataan pada lahirnya saja. Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk.

[14:3] (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.

[16:88] Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan {837} disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan. [16:94] Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagimu azab yang besar.

[17:94] Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: “Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?”

[22:25] Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidilharam yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih.

[27:24] Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,

[28:87] Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

[29:38] Dan (juga) kaum ‘Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam,

[33:18] Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya: “Marilah kepada kami”. Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar.

[33:19] Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

[34:32] Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: “Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa”.

[34:33] Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “(Tidak) sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya”. Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan.

[40:37] (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta”. Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.

[43:37] Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.

[47:1] Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka {1392}.

[47:32] Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah serta memusuhi Rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka.

[47:34] Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka.

[48:25] Merekalah orang-orang yang kafir yang menghalangi kamu dari (masuk) Masjidil Haram dan menghalangi hewan korban sampai ke tempat (penyembelihan)nya. Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mu’min dan perempuan-perempuan yang mu’min yang tiada kamu ketahui, bahwa kamu akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan tanpa pengetahuanmu (tentulah Allah tidak akan menahan tanganmu dari membinasakan mereka). Supaya Allah memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka tidak bercampur-baur, tentulah Kami akan mengazab orang-orang yag kafir di antara mereka dengan azab yang pedih.

[50:25] yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu,

[58:8] Apakah tidak kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri: “Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka Jahannam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.

[58:16] Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan.

[63:2] Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai {1477}, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.

[68:12] yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa,

Sabtu, 17 Julai 2021

Peranan Akidah Dalam Kidup Muslim

Akidah (العقيدة) dari segi bahasa (etimologis) berasal dari Bahasa Arab (عَقَدَ) yang bermakna 'ikatan' atau 'sangkutan' atau menyimpulkan sesuatu. Menurut istilah (terminologis) 'aqidah' bererti 'kepercayaan', 'keyakinan' atau 'keimanan' yang mantap dan tidak mudah terurai oleh pengaruh mana pun sama ada dari dalam atau dari luar diri seseorang. Akidah Islamiyah menjelaskan konsep Rukun Iman iaitu beriman kepada Allah SWT, Malaikat-MalaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya, Hari Kiamat, Qada' dan Qadar (takdir baik atau buruk) daripada Allah s.w.t.

Akidah merupakan perkara asas dalam Islam. Jika akidah terpesong, maka runtuhlah pegangan Islam seseorang itu. Sesungguhnya Allah s.w.t. menurunkan wahyu kepada RasulNya dengan memberi fokus dan penumpuan yang serius terhadap persoalan akidah supaya setiap orang Islam selamat akidahnya dan sejahtera kehidupannya di dunia dan akhirat. Sejarah membuktikan bahawa selama lebih kurang tiga belas tahun Nabi Muhammad s.a.w semasa di Mekah, telah membentuk dan menanam akidah yang benar di kalangan sahabatnya. Kesannya sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. memiliki akidah yang teguh, keyakinan yang tinggi terhadap Islam dan sentiasa bersedia menerima arahan dan perintah daripada Rasulullah s.a.w untuk dilaksanakan.

Akidah memainkan peranan yang amat penting dalam menentukan perjalanan hidup seseorang. Akidah adalah penggerak dalam mencorakkan kehidupan seseorang muslim. Akidah yang Iemah mengakibatkan seseorang itu mudah dipengaruhi dengan gaya hidup negatif dan merosakkan. Berdasarkan penelitian secara kasar, mereka yang tidak memiliki akidah yang jelas dan terpesong akan menghadapi pelbagai masalah dalam kehidupan dan terdedah kepada berbagai-bagai kemungkaran, seperti melakukan jenayah, terlibat dalam gejala keruntuhan moral dan lain-lain.

Dalam membicarakan perkara ini, orang yang mempunyai akidah yang benar biasanya disebut sebagai orang yang beriman. Oleh yang demikian, mereka yang beriman ini amat peka dalam menjaga hubungan dengan Allah s.w.t. Mereka sentiasa mengingati Allah dalam setiap gerak kerjanya. Justeru, itulah yang dinamakan golongan ahli khawas iaitu golongan yang tinggi martabat keimanannya, bertaubat kepada Allah s.w.t. bukan kerana dosanya, tetapi kerana mungkin berlaku detik-detik kelainannya dalam mengingati Allah. Mereka juga bertaubat sebagai tanda bersyukur di atas nikmat Allah yang tidak terhingga banyaknya. Ini berbeza dengan orang awam, mereka bertaubat kerana melakukan dosa. Bahkan kadang-kadang sudah melakukan dosa pun tidak terfikir untuk bertaubat, sebaliknya terus mengulangi dosa dan kadang-kadang ada berbangga-bangga dengan perbuatan dosanya.

Pandangan orang beriman juga amat berbeza dengan pandangan orang yang tidak beriman. Pandangan orang beriman dipandu oleh cahaya hidayah. Oleh itu mereka berasa kasihan melihat keadaan orang yang tidak beriman, yang tertipu oleh dirinya sendiri dan jauh daripada hidayah Allah s.w.t. Pandangan mereka banyak didorong oleh runtunan nafsu amarah serta bisikan dan tipu daya syaitan. Mata hatinya buta, anggota dan pancainderanya menjadi alat bagi memuaskan segala keinginannya. Bagi orang yang tidak beriman pula, pandangannya terbalik, mereka berasa pelik dan hairan melihat sikap orang yang beriman serta menyifatkan sebagai jahil dan rugi. Sedang pada hakikatnya, merekalah yang jahil dan merekalah yang rugi. Ini dijelaskan oleh Firman Allah s.w.t dalam Surah Al-An'am ayat 122 yang bermaksud:

Adakah orang yang mati (hatinya dengan kufur), kemudian Kami menghidupkannya semula (dengan hidayah), lalu Kami jadikan baginya cahaya (iman) yang menerangi (sehingga dapat membezakan antara yang benar dengan yang salah) dia berjalan dengan suluhan cahaya itu dalam masyarakat manusia (adakah orang yang demikian keadaannya) sama seperti yang tinggal tetap dalam gelap gelita (kufur), yang tidak dapat keluar sama sekali daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang mereka kerjakan".

Memandangkan iman itu boleh bertambah dan boleh berkurang, maka hendaklah kita berusaha menambah dan menyuburkan keimanan kita melalui amal soleh yang merangkumi ibadat umum dan ibadat khusus. Secara ringkasnya antara lain, kita hendaklah berusaha untuk;

i. Memahami dan menyedari bahawa menuntut ilmu adalah wajib, Ilmu yang paling asas ialah ilmu agama (untuk mengenal Allah s.w.t, para Rasul, syariat Islam dan lain-lain).

ii. Cuba menghubungkan diri bersama orang-orang mukmin yang ikhlas.

iii. Mengelakkan diri dari suasana dosa dan maksiat.

iv. Bermujahadah melawan nafsu (Al-Nafs) dan jihad melawan pujuk rayu syaitan perlu dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan berterusan. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah s.w.t dalam Surah Asy-Syams ayat 9 - 10 yang bermaksud: "Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia bersih - bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan). Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia bersih - itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat)".

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: "Orang yang berhijrah ialah sesiapa yang meninggalkan kejahatan dan orang yang berjihad ialah yang berjuang melawan hawa nafsunya". (Riwayat lbn Majah)

 v. Berusaha bersungguh-sungguh meninggalkan perkara-perkara haram. Orang yang melanggar larangan Allah, sebenarnya dia telah menzalimi dirinya sendiri.

Bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah-ibadah asas seperti solat berjemaah, bertadabbur Al-Quran dan mengamalkan Sunnah serta melatih diri untuk sentiasa mengingati Allah s.w.t.

Sentiasa berfikir ke arah memperbaiki diri (muhasabah diri). Saidina Umar al-Khattab R.A pernah berkata: "Hisablah diri kamu sebelum kamu dihisab, dan timbanglah sebelum amalan kamu ditimbang".

viii. Sentiasa bertaubat dan beristighfar. Firman Allah s.w.t dalam Surah An-Nur ayat 31 yang bermaksud: "Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya".

 ix. Sentiasa berdoa. Rasulullah sendiri berdoa seperti berikut: "Ya Allah! Kurniakanlah pada jiwaku rasa takwa". (Riwayat Muslim dan An-Nasai) 

 x. Bertawakkal kepada Allah s.w.t. Sebagaimana firman Allah s.w.t dalam Surah At-Talaaq ayat 3 yang bermaksud: "Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya. Dan (Ingatlah), sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu". 

 Disamping itu juga, kita hendaklah sentiasa berwaspada supaya akidah kita sentiasa benar. Ini kerana akidah boleh menyeleweng dan rosak melalui beberapa bentuk di antaranya; 

 a) Melalui percakapan; seperti seseorang yang mengeluarkan kata-kata yang bertentangan dengan konsep akidah Islam, sebagai contoh ucapan yang mengatakan bahawa Islam tidak sesuai untuk dilaksanakan di sepanjang zaman dan sebagainya. 

 b) Akidah boleh rosak melalui perbuatan; seperti melakukan upacara-upacara ibadah sama dengan apa yang dilakukan oleh orang bukan Islam sama ada di lempat-tempat ibadah mereka atau di mana-mana sahaja yang menunjukkan amalan yang bertentangan dengan akidah Islam. 

 c) Melalui iktikad di dalam hati. Umpamanya hati tidak yakin dengan Islam atau ragu terhadap sebahagian dari ajaran Islam yang terkandung dalam al-Quran dan as-Sunnah. Secara kesimpulannya, mempelajari Ilmu Akidah ini amatlah penting iaitu supaya terhindar daripada ajaran-ajaran sesat yang akan merosakan akidah seseorang terhadap Allah s.w.t, meneguhkan keimanan dan keyakinan kepada sifat-sifat kesempurnaanNya, memantapkan akidah seseorang supaya tidak terikut dan terpengaruh dengan amalan-amalan yang boleh merosakan akidah, agar audit dan timbangan amalan pada tahap cemerlang, diberi ganjaran syurga kerana amalan baiknya serta dapat mengeluarkan hujah-hujah yang boleh mematahkan hujah daripada pihak lawan yang cuba memesongkan akidah.

Jumaat, 16 Julai 2021

Akidah asas perjuangan PAS

Seluruh perjuangan para Rasul adalah berasaskan akidah seperti yang dinyatakan dalam firman Allah dalam surah An-Nahlu ayat 36 yang bermaksud – ‘Dan sesungguhnya Kami telah utus pada setiap umat, seorang rasul untuk menyeru mereka supaya kamu mengabdikan diri kepada Allah dan jauhkan diri dari ‘thoghut’. 

Ibnu Abbas mentakrifkan ‘Atthoghut‘ ialah selain daripada Allah, maka segala isme-isme yang ada seperti sekularisme, pragmatisme, liberalisme yang tidak bertunjangkan akidah Islamiah maka ia adalah ‘Thoqhut‘.

“Hari ini manusia menyembah ideologi yang dihasilkan oleh pemikiran mereka sendiri untuk memimpin manusia. “Selama 13 tahun Nabi berdakwah di Makkah untuk memulihkan akidah masyarakat ketika itu daripada menyembah ‘thoqhut‘ kepada menyembah Allah yang Esa.

“Sesungguhnya ada satu mahkamah yang akan mengadili akidah yang betul iaitu mahkamah akhirat.” ujar beliau.

Kebenaran perjuangan PAS pada hari ini adalah kerana PAS adalah parti yang bertunjangkan akidah yang berpandukan kepada Al Quran dan Assunnah yang membawa agenda dakwah, tarbiah dan siasah (politik). 

Perjuangan ini perlu dilandasi dengan keikhlasan agar sesuai untuk menerima kemenangan yang dijanjikan oleh Allah S.W.T.

Al Quran surah An-Nur ayat 55 yang bermaksud : ‘Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang membuat kebaikan, bahawa Dia sesungguhnya akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sesungguhnya Dia akan meneguhkan mereka dengan agama yang telah Dia redai. Dan Dia benar-benar mengubah keadaan mereka daripada ketakutan menjadi aman sentosa.Mereka telah menyembahKu dengan tidak menyekutukanKu dengan sesuatu pun.’

“Para amilin Islam jangan rasa hebat dengan diri sendiri kerana kita hanya amilin di jalan Allah yang mencari reda Allah.

“Kita perlu ‘solehkan’ diri kita agar keberkatannya mengalir dalam keluarga seterusnya masyarakat kita. Dosa-dosa dalam kehidupan seharian akan menjadikan kita suram dan tidak tenang.

“Apabila kita mengejar akhirat, dunia akan ikut di belakang kita dan jadilah orang-orang yang takut kepada Allah dengan memiliki ilmu (kenal Allah) sebagaimana firman Allah surah Faatir ayat 28 yang bermaksud ‘Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepadaNya, hanyalah para ulama”